Monday, March 25, 2019

Mood Booster 2

Masalah hari Jum'at kemarin membuat mood kerjaku ngga bagus. Pagi ini aku berangkat gontai masih membawa mood ngga enak. Dengan rada males aku bersiap2 berangkat kerja. Ditambah lagi semalam anak gadisku rewel teriak2 tidak mau tidur. Membuatku juga kurang nyenyak tidur semalaman. Kulihat istriku masih tidur dengannya.
Semalam mereka berdua terjaga sampai subuh. Kubiarkan istriku melepas lelah tidak aku bangunkan atau aku ganggu. Toh sebelum menikah aku berangkat kerja juga selalu persiapan sendiri tanpa dibantu istri.
"Ini sudah biasa bagiku" gumamku. Tapi karena mood yg kurang bagus, persiapan berangkat kerja menjadi terasa lebih berat. Ditambah lagi tidak akan ada prosesi kata2 pamit keberangkatan kerja dengan kedua bidadariku.

Senin pagi ini bakal ada rapat rutin dimana semua personil di Divisiku berkumpul.
"Haduuuh... Bakalan dibahas nih urusan kmrn" gumamku ngomel sendiri. Segera aku masukan laptop yg masih menggeletak di meja ke dalam tas ranselku. Dan sambil memakai seragam dan atribut mengingat2 lagi double cek apa yg belum masuk ke tas. Karena biasa disiapkan istri, jadi sedikit lebih lama mencari-cari apa yg kurang. Saatnya manasin motor, pakai sepatu, cek GPS lihat traffic terbaik. Tancap gas.

Jam di tanganku menunjukan sudah setengah delapan. Jam kerja kantor jam delapan. Waktu sudah mepet. Padahal, sebenarnya bisa saja aku berangkat lebih awal. Ini nih yang menjadi penyakitku. Aku selalu menargetkan sesuatu itu pas. Tapi pada akhirnya selalu dapat pas kurang dikit. Seperti halnya IPK ku yg cuma mentok 2,99 gara2 aku menargetkan 3,00.

Dan ternyata benar apa yg kuduga, aku finger print masuk di kantor jam 08:01.
"Hadeh... ubah kebiasaan bro... Targetkan sedikit lebih tinggi lah..!" Gumamku menasehati diri sendiri. 
"Ok lah.. Potong gaji lagi." Keluhku, mood makin berantakan. Walaupun sebenarnya potong gajinya ngga banyak sih. Hehe...

Akhirnya mulailah sampai di ruangan meeting. Ruangan masih kosong. Aku datang paling awal. Kunyalakan lampu & AC. Supervisor lain masih pada briefing anak buah di area lapangan. Pekerjaan di lapangan memang harus dibagi tugas dahulu sebelum ditinggal rapat. Sedangkan anak buahku tidak pernah aku briefing. Karena aku dan mereka di kantor. Bisa langsung aku samperin ku kasih tugas. Orangnya juga cuma dua. Berbeda dengan Supervisor lain yg anak buahnya banyak. Tiba2 sedikit terbesit rasa syukur di hati. 
"Alhamdulillah... aku ngga serepot mereka tapi gaji sama. Hehe..."

Kubuka laptop kerjaku, kumasukkan kata sandi lalu enter.
Setelah masuk, tampilan pertama yg muncul adalah Ms. Word. Ekspresiku kaget, "Perasaan semalam aku ngga ngetik tugas di ms word." Setelah kubaca aku langsung senyum2 sendiri.
Mood yg tadinya berantakan mulai pecah berganti Mood menyejukkan dan penuh semangat.


"Terima kasih sayang supportnya." Ucapku lirih, sambil senyum senyum. Mataku berkaca-kaca. Walaupun orang beranggapan ini sederhana. Tapi bagiku luar biasa. Semangatku kembali lagi. berbalik arah 180 derajat. Benar2 tepat di saat yang kubutuhkan. Sejuk seperti hujan dikala kemarau panjang dan hangat sehangat sinar mentari di pagi hari. Seketika diriku siap untuk "bertempur" di ruang rapat.

"Terima kasih sayang, kamulah Mood Boosterku dalam menjalani hidup."

Friday, March 22, 2019

Mood Booster

Mungkin bagi orang lain, hari Jum'at adalah hari yg menyenangkan karena sudah dekat dengan hari libur.
Bagiku tidak, tiap Jum'at adalah hari yg berat bagiku.
Karena setiap Jum'at aku harus mengejar laporan untuk hari Senin. Ditambah lagi, selalu ada drama pengaturan lembur di sore hari sebelum pulang. Tidak jarang membuatku pulang terlambat hingga petang.
Entah kenapa, di perusahaan tempatku bekerja selalu begitu. Setiap kali urusan lembur, menjadi hal yg sangat menguras emosi. Mengatur orang terkadang memang lebih susah dan berbahaya daripada mengatur mesin.

Apalagi Jum'at yg kemarin, ada kasus dimana mis komunikasi menjadikan perbincangan di group WA runyam. Dan parahnya, kebanyakan orang selalu melempar kesalahan ke orang lain dan cari aman sendiri. Aku satu2nya orang yg tidak bisa menyalahkan orang lain. Entah kenapa, aku tidak tega memunculkan suatu argumen yg menyudutkan orang lain, walaupun itu fakta. Aku lebih memilih diam menyimpannya sendiri. Dan jika ada kesempatan, akan kusampaikan kepada orang yg bersangkutan secara pribadi, daripada di grup. Mungkin memang begitulah prinsipku.

Karena prinsipku tersebut, akhirnya seolah-olah akulah dalang dari semua masalah. Tapi aku hanya bisa meminta maaf dan bilang bahwa ini akan menjadi masukan buatku. Aku tidak takut menjadi orang yg dianggap salah oleh orang lain. Yg aku takutkan adalah aku tidak mau belajar dari setiap masalah.

Setelah pulang ke rumah, perbincangan di grup semakin rame. Moodku semakin hancur. Kasihan anak dan istriku. Biasanya aku selalu sedekahkan senyum ke mereka, kali ini berbeda. Wajahku selalu cemberut, menggambarkan penatnya pekerjaan yg aku alami. "Maaf ya sayang, bapak lagi pusing ngurusin kerjaan" jelasku pada mereka. "Iya, gpp yank. Mau dipijitin?" kata istriku mencoba mengurangi penatku. "Ngga usah yank, bapak masih ngurusin kerjaan lewat WA." Jawabku singkat.

"Bapak. Bapak." Anak perempuanku yg berumur 1,5thn memanggilku. Belum banyak kosa kata yg bisa dia ucapkan. Tapi kata "Bapak" adalah kata paling lancar dari mulut mungilnya. "Ada apa sayang?" Tanyaku selembut mungkin. "Bapak. Minta. Maem." Kata anakku sambil menyodorkan makanan ringan. Maksud dia adalah bapaknya disuruh makan kue yg dia suapkan. Membuatku plong seketika, urat2 leherku yg kencang sedikit berkurang. Kumakan kue yg dia berikan sambil tersenyum. Untuk sesaat aku bisa melupakan perdebatan di grup WA. Begitu berulang kali dilakukan anakku. Dia berlari lagi ke ruang tamu, ambil makanan, disuapkan padaku. "Bapak. Bapak. Maem". Tiga hingga empat kali dia melakukannya hingga akhirnya aku tidak tahan. Kuangkat dia, kucium-cium perutnya hingga dia merasa geli. Tertawa-tawa geli tidak tahan dengan apa yg aku lakukan. "Ini nih mood booster bapak yg lucu!" Teriakku sambil terus bercanda dengannya.