Mungkin bagi orang lain, hari Jum'at adalah hari yg menyenangkan karena sudah dekat dengan hari libur.
Bagiku tidak, tiap Jum'at adalah hari yg berat bagiku.
Karena
setiap Jum'at aku harus mengejar laporan untuk hari Senin. Ditambah
lagi, selalu ada drama pengaturan lembur di sore hari sebelum pulang.
Tidak jarang membuatku pulang terlambat hingga petang.
Entah
kenapa, di perusahaan tempatku bekerja selalu begitu. Setiap kali
urusan lembur, menjadi hal yg sangat menguras emosi. Mengatur orang
terkadang memang lebih susah dan berbahaya daripada mengatur mesin.
Apalagi
Jum'at yg kemarin, ada kasus dimana mis komunikasi menjadikan
perbincangan di group WA runyam. Dan parahnya, kebanyakan orang selalu
melempar kesalahan ke orang lain dan cari aman sendiri. Aku satu2nya
orang yg tidak bisa menyalahkan orang lain. Entah kenapa, aku tidak tega
memunculkan suatu argumen yg menyudutkan orang lain, walaupun itu
fakta. Aku lebih memilih diam menyimpannya sendiri. Dan jika ada
kesempatan, akan kusampaikan kepada orang yg bersangkutan secara
pribadi, daripada di grup. Mungkin memang begitulah prinsipku.
Karena
prinsipku tersebut, akhirnya seolah-olah akulah dalang dari semua
masalah. Tapi aku hanya bisa meminta maaf dan bilang bahwa ini akan
menjadi masukan buatku. Aku tidak takut menjadi orang yg dianggap salah
oleh orang lain. Yg aku takutkan adalah aku tidak mau belajar dari
setiap masalah.
Setelah
pulang ke rumah, perbincangan di grup semakin rame. Moodku semakin
hancur. Kasihan anak dan istriku. Biasanya aku selalu sedekahkan senyum
ke mereka, kali ini berbeda. Wajahku selalu cemberut, menggambarkan
penatnya pekerjaan yg aku alami. "Maaf ya sayang, bapak lagi pusing
ngurusin kerjaan" jelasku pada mereka. "Iya, gpp yank. Mau dipijitin?"
kata istriku mencoba mengurangi penatku. "Ngga usah yank, bapak masih
ngurusin kerjaan lewat WA." Jawabku singkat.
"Bapak.
Bapak." Anak perempuanku yg berumur 1,5thn memanggilku. Belum banyak
kosa kata yg bisa dia ucapkan. Tapi kata "Bapak" adalah kata paling
lancar dari mulut mungilnya. "Ada apa sayang?" Tanyaku selembut mungkin.
"Bapak. Minta. Maem." Kata anakku sambil menyodorkan makanan ringan.
Maksud dia adalah bapaknya disuruh makan kue yg dia suapkan. Membuatku
plong seketika, urat2 leherku yg kencang sedikit berkurang. Kumakan kue
yg dia berikan sambil tersenyum. Untuk sesaat aku bisa melupakan
perdebatan di grup WA. Begitu berulang kali dilakukan anakku. Dia
berlari lagi ke ruang tamu, ambil makanan, disuapkan padaku. "Bapak.
Bapak. Maem". Tiga hingga empat kali dia melakukannya hingga akhirnya
aku tidak tahan. Kuangkat dia, kucium-cium perutnya hingga dia merasa
geli. Tertawa-tawa geli tidak tahan dengan apa yg aku lakukan. "Ini nih
mood booster bapak yg lucu!" Teriakku sambil terus bercanda dengannya.
No comments:
Post a Comment